KEMBANG API

Lempengan besi dengan jubah amunisi. Namun tak sehebat bom Bali. Hanyalah kembang api. Kapanpun dia selalu menyenangkan. Tak peduli meski langit  lebih berkuasa karena bintang atau pantulan sinar matahari pada paras bulan yang indah.

Percikan api menandakan kerianga. Tetap meriah meskipun hujan. Senyum penikmatnya tak tergantikan. Hal sederhana yang takan terlupakan. Dengan loyalitas pada kesenangan , menipis dan kemudian menghilang. Lilin pun sedikit murung melihatnya. Dengan filosofi aneh menatap senyawa yang menyala. Dia berkata pada kembang api tentang bagaomana harinya. Namun kembang api tek pernah menjawab. Dan hanya berdiam diri dengan kemeriahannya.

Siapakah kembang api. Dia adalah seniman sejati. Jiwanya yang mendung tak pernah memajangkan kelabu. Nyatanya dia akan menjadi abu. Tak peduli itu, dia hanya memuntahkan kegembiraan. Meskipun hidupnya takan lama, hanya sementara. Dialah keajaiban dunia yang sederhana. Dia dengan ungkapan nyata selalu berkata di antara nyalanya.

“…Tak perlu khawatir tentang aku. Tak perlu pedulikan kesedihanku. Tak perlu sedih akan kepergianku. Cukup bergembiralah sementara waktu. Dengan sisa hidupku, aku akan menghiburmu. Karena akulah kembang apimu…”


Leave a comment